Burangir

Tantangan Menulis Hari ke32

#TantanganGurusiana

Buat edisi kali ini, kami mengenalkan kearifan lokal yang terus di lestarikan dalam adat budaya. Sekaligus untuk memenuhi tantangan untuk menulis kearifan lokal, muatan lokal yang perlu dilestarikan kebudayaannya. Menjadi salah satu ikon sejarah yang mesti dirawat oleh generasi penerusnya. Sehingga tulisan kita ini kami beri judul "Burangir"

Dalam tradisi Adat Batak, tidak lengkap rasanya jika tanpa kehadiran benda yang satu ini. Meskipun kelihatan sangat sederhana, tapi "Burangir" menjadi unsur tertentu dalam adat budaya Batak. Menjadi kekuatan magic ketika menggunakan dan memegang serta menerimanya, sehingga "Burangir" tidak sembarang meletakkan, wadah atau tempatnya, juga orang yang menyerahkan dan menerima Burangir.

Ada aturan adat yang terus dipatuhi oleh masyarakat, yang berhak, menyerahkan, menerima dan membawannya. Burangir juga tidak sembarang tempat diberikan, bahkan untuk hajat hajat tertentu haruslah menggunakan benda ini. Sehingga burangir ini menjadi tradisi budaya yang mesti dijaga dan dilestarikan agar tetap menjadi kekayaan khajanah budaya di nusantara ini. Sekaligus untuk mendidik etika dan moral bangsa yang perlahan lahan mulai memudar.

Burangir adalah istilah untuk beberapa rempah rempah alam, burangir bukan satu benda. Akan tetapi kumpulan dari beberapa benda, yang berasal dari alam sekitar manusia itu sendiri. Pertama Burangir terdiri dari Daun Sirih, daun yang memiliki khasiat alami yang banyak, bahkan oleh perusahaan besar telah dikembangkan menjadi bisnis yang cukup menjanjikan. Kedua, Pinang. Pinang menjadi bagian yang ada dalam burangir, Buah pinang yang telah dikupas, kemudian dipotong kecil-kecil. Ketiga, Soda. Yang biasa digunakan oleh Ibu ibu sebagai bahan pembuat Kue, berbentuk serbuk, sehingga mudah larut apalagi jika dicampur air. Keempat, Tembakau. Tembakau menjadi alat komunikasi yang afektif ditengah masyarakat, meski pemerintah telah mengeluarkan himbauan agar tidak mengkonsumsi tembakau (Rokok). Justeru perusahaan rokok semakin berkembang. Kelima, Piring. Atau dalam bahasa Batak disebut dengan "Tepak".

Dalam tradisi adat, melaksanakan suatu hajatan tertentu harus melalui beberapa tahapan‐tahapan.Tidak bisa dilaksanakan begitu saja. Seseorang yang hendak melaksanakan hajatan, harus melakukan musyawarah dalam istilahnya disebut sebagai “partahian" dalam prosesi Partahian ini, maka Burangir menjadi penentu apakah acara bisa dimulai, atau acara bisa dilanjutkan lagi.

Sebelum melaksanakan “partahian” terlebih dahulu harus menyiapkan “Burangir” setiap keperluan atau hajatan yang di atur oleh “Natobang” yang diserahkan oleh Kahanggi, hAnak Boru, Mora, Pisang raut harus menggunakan Burangir.

Burangir sangat sangat sakral dalam prosesi adat. Burangir menjadi istilah dalam adat, jika lebih dicermati, burangir terdiri dari berbagai macam rempah‐rempah alam, yang dikumpulkan dan dijadikan satu wadah.

Ada beberapa macam burangir ini, dan wadah yang digunakan juga berbeda‐beda sesuai dengan hajatan yang hendak dilaksanakan oleh sohibul hajat tersebut.

1. Inganan na Pinggan Godang (tempatnya PiringKerajaan)

a. Burangir tahi huta.

b. Burangir panyorahan.

c. Burangir boa‐boa.

d. Burangir oncot pat.

e. Burangir tanda sala.

f. Burangir pananking.

g. Burangir pananking marhata.

h. Burangir mangido.

Bersambung...