TAUFIK AKBAR HASIBUAN

Guru Alif alif adalah sebutan untuk para guru yang mengajari baca Tulis Alquran. Belajar untuk terus menjadi manusia yang berguna bagi orang lain. Saat ini akti...

Selengkapnya
Navigasi Web
Takdir (Apa Iya Itu Takdir?)
Takdir jadi peserta bukan pemenang

Takdir (Apa Iya Itu Takdir?)

Takdir!!!

(Apa Iya Itu Takdir?)

Tantangan Menulis Hari ke 21

#TantanganGurusiana

Kali ini tulisannya agak panjang, hampir dua hari saya menyiapkan artikel sederhana ini. Ditambah tantangan 30 hari tersisa delapan lagi, meski dua hari sebelum tantangan dimulai saya sudah curi stat. Ya namanya mencuri pasti salah dimata hukum, dengan senang hati saya ikut aturan main di Media Guru. Kiranya pembaca setia kami tidak bosan membacanya dan juga rekan yang mengamini tantangan ini bisa juga menuntaskannya nanti.

Terlebih saat membaca beberapa postingan yang berkaitan dengan takdir. Terkadang saya ikut gemes juga, ketika sesuatu itu langsung dikaitkan dengan takdir. Padahal selain kata takdir ada istilah Ikhtiar. Telur ayam jatuh, katanya takdir, Gaptek katanya takdir. Laki laki takdir. Jadi guru takdir, mengulang takdir, gagal menang lomba takdir. Lama lama Si "Takdir" bisa marah, selalu jadi kambing hitam. Ayo kenali apa itu takdir, agar tidak salah menempatkan kata takdir.

Membahas takdir menjadi hal tersulit, apalagi kata takdir bukan asli bahasa Indonesia, namun saduran dari bahasa Arab yang telah di Indonesia. Jika kita rujuk dalam literatur Kitab Muktamad banyak dalil yang saling "bertentangan" satu sama lain. Sebagian mengatakan apa yang terjadi di alam ini sudah tercatat dalam Lauhil Maffuz tak ada lagi koreksi didalamnya. Lalu yang lain membantah. Untuk apa doa jika semua tak bisa dirubah lagi, bukankah ada hadits shahih yang mengatakan Doa dapat mengubah takdir, silaturrahim dapat memperpanjang umur. Apa ini bukan satu isyarat bahwa ikhtiar manusia juga berlaku dalam kehidupan yang akan kita tempuh ini.

Tambah pusing ya membicarakan takdir? bagaimanakah takdir itu?

Santai Mas Bro! Baca terus ulasannya! Rujukan kita pastinya para ulama yang sudah diakui kesanadan Ilmunya, penulis hanya mengutip saja bukan pendapat pribadi penulis. Sebagian ulama membagi takdir (qadla’) menjadi dua macam :

Pertama, takdir Mubram, takdir yang sudah paten tidak dapat diubah dengan cara apa pun. Nah disini tidak berlaku koreksi, interupsi, mau demopun tidak bakalan dirubah keputusannya. Misalnya, takdir lahir dari rahim Ibu kita. Kita tidak bisa pilih pilih lahir dari orang tua yang mana, kalau bisa memilih, kira kira siapa pilihanmu? Jangan pilih saya ya,,, Sumpah saya tidak bisa melahirkan. Memilih tanggal lahir, kalau bisa pasti saya pilih tanggal cantik dan sebagainya.

Kedua, takdir Mu’allaq, takdir ini kondisional, namanya saja kondisional bisa berubah sesuai dengan waktu, kondisi, keadaan atau ikhtiar manusia itu sediri. Disini kata kuncinya Ikhtiar, taukan apa arti Ikhtiar? Misalnya miskin dapat diubah dengan doa dan kerja keras, takdir sakit dapat diubah dengan doa dan berobat, bodoh bisa dirubah dengan doa dan belajar. Kalau sok pintar? Alamak kalau itu kurang ngerti saya, orang tak mau belajar mana bisa diajari. Jadi takdir ini melibatkan manusia, memberi ruang kepada manusia itu sendiri untuk berusaha.

Bagaimana sudah bisa menjawab keraguan kita? Atau tambah puyeng karenanya!

Muncul pertanyaan baru. Yang bagian Mubram, Mu'allaq yang mana?

Faktanya tidak sesederhana itu. Saya orang miskin seumur hidup siang dan malam, selalu berdoa dan tiap hari keladang, kekebun berusahalah katakan, membanting tulang (Bukan Tulang di Kampungku nanti beda maknanya) kerja keras. Tujuannya cuma ingin keluar dari kemiskinan, anak sekarang bilang "capek tau?" tetap miskin, bahkan tetangga saya udah mati tetap juga miskin. Yang ini bagaimana menyikapinya?

Kalau sampai Mati kita tetap miskin, itu namanya sudah takdir mubram. Saya kasih contoh lagi, ada yang miskin berkah usaha kerja kerasnya, mengubah nasibnya secara drastis. Bahkan banyak yang menjadi orang terkaya di dunia. Tau Jack Ma Kan? asal China, pemilik Alibaba, jauh kali ya, nanti terinfeksi corona pula. Bob Sandi? Si Anak Singkong mereka semua sudah menjadi orang kaya bahkan sangat kaya. Ini menunjukkan kemiskinan tersebut masih mu’allaq.

So!!! Kasus diatas bisa berlaku dan kita tidak pernah tahu sebelum terjadi. Sebenarnya, sekarang mari kita lihat dari tiga perspektif yang berbeda, agar semakin terurai Kerumitan dan kerancuan itu.

Pertama dari perspektif Allah, dalam perspektif Allah ini tentunya kita berbicara melalui Al-Qur’an, hadits dan dalil-dalil rasional yang telah memastikan bahwa Allah Maha Mengetahui. Allah dapat menjangkau tanpa batas, baik hal yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi. Dalam perspektif Allah ini, seluruh takdir (qadla’) adalah mubram tanpa kecuali. Ketentuan sudah digareskan olehnya di Lauhil mahfuz.

Kedua Takdir dari perspektif Malaikat. Dalam perspektif ini, berlaku takdir setiap manusia yang sudah tercatat di Lauhil Mahfudz ada yang sudah mubram (qoti) ada pula yang bersifat mu’allaq (kondisional). Misal soal rezeki Si Taufik apakah termasuk hal paten yang tak bisa diganggu gugat ataukah tergantung kondisi yang di pilih, misal: jika Si Taufik bekerja keras, maka takdirnya kaya, namun jika memilih bermalasan maka takdirnya menjadi orang miskin. Demikian juga soal hidayah, penyakit, umur atau apa pun yang terjadi. Kesimpulannya, Adapun dalam pengetahuan Allah, maka tak ada penghapusan sama sekali. Pengetahuan Allah ini disebut takdir mubram, dan pengetahuan malaikat itu disebut takdir mu’allaq. (Ibnu Hajar al-Asqalani)

Ketiga Takdir dalam perspektif manusia. Jika malaikat melihat sisi takdir yang mubram dan mu’allaq, maka manusia hanya bisa mengetahui sisi mu’allaq saja apabila belum tiba waktu kejadiannya. Sedangkan takdir mubram manusia bisa melihatnya ketika sudah terjadi. Contoh, kelahir, usia, apa saja yang telah terjadi. Umur bisa dikatakan mubram ketika sudah positif meninggal. Jika masih hidup, maka disebut mu’allaq, disini dituntut untuk berikhtiar (berusaha) untuk menjaga diri, berobat bila sakit. Jangan minum racun atau melakukan hal yang mencelakakan jiwanya yang membuat usianya menjadi pendek (dalam perspektif manusia tentunya).

Demikian halnya , kita dituntut untuk hidup sehat dan menjaga diri sehingga usianya bisa semakin panjang (dalam perspektif manusia). Kaidah yang sama berlaku pada segala hal lainnya, berusaha menulis setiap hari, menjaga disiplin waktu, mempersiapkan tulisan sebelum deadline. Jadi jangan asal bilang, takdirku gagal tapi malas, menunda nunda dan seribu alasan lagi.

Bagaimana sudah ada tiik terang soal takdir ini? Sudah cukupkah memahami ketiga perspektif ini, semoga segala kebingungan kita tentang takdir akan terjawab.jika masih belum, doakanlah ada dilaihil mahfuz tertulis kami menuliskan persoalan ini lagi. Terahir Setiap kita dituntut untuk beriman bahwa segala hal sudah diketahui Allah sejak dulu dan pasti terjadi sesuai pengetahuan-Nya, tetapi dia tak boleh menjadikan itu sebagai alasan untuk berdiam diri atau menjadikan takdir sebagai alasan sebab ia tak tahu apa takdirnya. Yang wajib dilakukan oleh manusia adalah berusaha saja menyambut masa depannya.

Semoga kita sukses menuntaskan tantangan ini.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Menurutku takdir itu adalah kalimat pasten, artinya kita hanya mengetahuinya karena sudah terjadi. Bukan present, apalagi future. Jadi sepanjang kita belum mengalami ya berjuanglah terus, karena semuanya masih mgkn digapai. Tapi kalau sudah terjadi ya terima saja dgn sabar. Sebab itulah takdirnya. Sesederhana itu.

04 Feb
Balas

Dan itulah perspektif manusia.

05 Feb



search

New Post